Tanpamu
Ternyata
aku salah, kau lebih memilihnya...
9 oktober 1997, California
From : Sophie
To
: Briant
Assalamualaikum,,,
Ya
habiby...
Aku
merindukanmu,,, Disetiap malam aku berharap ada satu bintang yang dapat
menololongku untuk menyampaikan sepucuk rinduku untukmu. Semua itu percuma,
sekian banyak bintang yang ku kirimkan untukmu, tapi tak ada satupun balasan
bintang rindu darimu.
Hatiku
mulai gundah, entah mengapa kegundahan itu datang pada hatiku. Telah kucoba
untuk menghilangkannya, tapiaku tak mampu. Sebegitu kuatnya virus gundah itu
melekat dalam hatiku.
Aku hanya
butuh kehadiranmu wahai kekasihku.
Ku harap
engkau dapat membalas sepucuk surat rindu ini.
Katakan
padaku bahwa engkau masih setia denganku dan setia untuk menungguku.
Salam sayang
Sophie
Sudah
sebulan lebih sophie menunggu balasan surat rindunya dari sang kekasih, tapi
tak kunjung-kunjung juga.
Rasanya pahit bagi sophie yang sedang dilanda rindu. Tak
sabar rasanya kalau disuruh menunggu. Sophie bingung dengan apa yang harus
dilakukannya sekarang. Dia bagai orang linglung yang tak mempunyai tujuan
hidup.
***
Setahun
sudah Sophie menunggu kabar sang kekasih yang tak kunjung jua, akhirnya Sophie
memutuskan untuk mendatangi kediaman sang kekasih.
Sophie pun tak yakin jika ini benar-benar terjadi,
dia rela pulang ke jakarta hanya untuk menemui sang kekasih yang belum tentu
akan menjadi miliknya untuk selamanya.
Dengan keyakinan serta tekat yang kuat sophie
menjalaninya.
17 november 1998,
Dear
Diary..........
Ya
habiby,,,
Apa
salahku,,, apa sebegitu cepatnya kau melupakanku? Mana janjimu?
Janji
yang akan menikahiku setelah aku lulus kuliah di california,,,???
Semoga
perjalananku kali ini membawa keberuntungan untuk kita.
***
Satu jam berlalu....
Sophie tak sabar untuk sampai tempat tujuannya,
rasanya ingin saja dia mengendalakan pesewat yang ditumpanginya.
Lama kelamaan sophie merasa ngantuk, dan akhirnya
dia tertidur pulas.
Dia bermimpi,,,,
Dalam mimpinya dia menjumpai seorang pemuda tampan
yang tak salah itu adalah kekasihnya, dia
mengenakan pakaian putih, rapi, dan wajahnya dipenuh cahaya yang benderang.
Entah berkata apa, sophie menghiraukannya dan bergegas bangun dari mimpinya.
“huuuft....” (tangannya mengusap keringat
didahinya)
“apa yang baru ku impikan ..????” (wajah
penasaran)
Dalam pikirannya, sophie makin khawatir, dan
merasakan ketakutan pada dirinya.
***
Sophie mencoba untuk menghapus semua pikiran kotor
diotaknya, yang dia harapkan hanya semuanya pasti baik-baik saja.
Tak disangka-sangka 17 menit lagi pesawatnya landing di
bendara Soekarno Hatta Indonesia.
Inilah waktu yang
dinanti-nanti Sophie....
Girangnya minta ampun.
Sophie pun bergegas
mencari kendaraan yang dapat mengantarkannya ke tempat tujuan, akhirnya dia
menemukan taxi. Dalam waktu 5 menit dia berhasil sampai dikediaman kekasihnya.
“kok seppi,,???? Pada kemana semua,,???” (dalam hati
sophie)
Tok tok tok
“assalamu’alaikum,,???” (teriak sophie dengan mengetuk pintu rumah Briant)
Tiba-tiba salah satu tetangga Briant muncul, dan berkata
“ Semuanya di Rumah sakit
neng, anda temannya Briant?”
“lho, siapa yang sakit
buk,,?? , iya, saya temannya.” (dengan ekspressi terkejut)
“Briant neng, sudah 6bulan
dia belum sadar-sadar” (sedih)
“Apa
buk..??Briant,,?”(kaget dengan menggoyang-nggoyangkan bahu ibu tersebut)
Tetangga itu memberikan alamat rumah sakit kepada sophie. Sophie
masih belum bisa percaya dengan apa yang didapatkan pada momen kepulangannya.
Dia menganggap bahwa Kepulangannya sungguh sia-sia dan tidak ada gunanya.
Sophie sangat terpukul dengan berita tersebut, shok, sedih, menyesal, bercampur
aduk.
Tanpa pikir panjang sophie pun bergegas menuju alamat rumah
sakit yang di bawanya.
***
Sesampai disana, sophie menuju ruang rawat kekasihnya
Bougenfill 102 Lt.2. Ternyata didalam ruangan terpenuhi keluarganya. “Kenapa
semuanya menangis ?” (herannya). Sophie mencoba untuk masuk dengan keadaan
badan yang panas dingin.
“Sophie.....” (Teriak Bu Sonia (ibu Briant) dengan berlari
dan memeluk errat tubuh Sophie)
“ibu,,, kenapa ibu menangis? Dimana Briant....?” (ketakutan,
memcoba melepaskan pelukan erat Bu Sonia)
“Briant, Briant,,, Briant telah menghadap Illahi nak,,,,”
(suara tangisnya semakin menggelegar, memenuhi isi ruangan).
Sophie pun berlali menuju ranjang yang ditempati sang
kekasih, hampir tak percaya dengan apa yang didapati matanya. Seluruh tubuh
Briant telah terselimuti.
Perlahan Sophie membuka
selimut yang menutupi wajah Briant. Air mata Sophie mengalir semakin deras, tak
sanggup melihat wajah Briant yang sangat pucat.
Tiba-tiba seorang laki-laki
memegang bahu Sophie. “sabar Sophie, semua kan indah pada waktunya” (ucap
lelaki tersebut).
Sophie mulai penasaran dan
bertanya-tanya, “siapa dia? Kok tau namaku?” (bisik hatinya)
“aku
Vbrie, sahabat Briant yang dari Medan” (sahutnya dengan mengulurkan tangan
,menghilangkan unek-unek dipikiran sophie).
“emmh,
Briant nggak pernah cerita punya sahabat di Medan?” (jawab sophie dengan
lembut).
Tiba-tiba Vbrie menarik
tangan Sophie dan mengajaknya ke taman belakang Rumah sakit.
“Briant
sering cerita tentang kamu, dia sangat mengagumimu, mencintaimu. Meskipun
leukimia yang dideritanya sudah memasuki stadium 4, dia tetap berusaha untuk
membahagiakanmu, dia tak memperdulikan penyakitnya, yang ada dipikirannya cuma
bagaimana hari-harimu bisa bahagia bersamanya”(ceritanya)
Sophie mulai tak tahan dan
air matanya bercucuran semakin deras.
“sengaja
dia tidak memberitahumu tentang penyakitnya, karena dia takut mengecewakanmu,
dia takut membuatmu sedih. Bahkan waktu kamu pergi ke California, dia bingung
antara sedih atau senang. Sedih karena didetik-detik kematiannya kau tak lagi
disisinya. Senang karena dia berharap disana kamu dapat mendapatkan
penggantinya yang lebih baik” (lanjut Vbrie)
“tapi ya
nggak begitu juga caranya dong, aku kan juga butuh kepastian. Aku gelisah
disana, hatiku nggak pernah tenang. Setiap aku mengirim surat untuknya, dia
nggak pernah membalasnya.” (sahut Sophie dengan nada tinggi).
“aku tau,
kamu pasti sangat kecewa dengan semua kenyataan ini, tapi cobalah untuk
menerimanya. Dia begitu juga karena untuk kebahagiaanmu. Dia tak ingin secuil
kesedihan menghinggapi dirimu. Dia pun tak ingin kau menyaksikan perjuangannya dipuncak-puncak
penderitaannya.” (tambah Vbrie mencoba menenangkan hati Sophie).
“iya kamu
benar, tidak ada gunanya aku menyesali semua ini, toh orang yang kusesali nggak
mungkin kembali lagi” (Sophie mengusap air matanya dan mencoba untuk bangkit).
***
Setelah setengah
jam mereka berbicara, mereka bergegas menuju ruangan kembali.
Mayat
Briant akan segera dikuburkan sore ini, Sophie masih sangat terpukul dengan
kenyataan ini.
Makam As Suruur 17.11 pm
Sophie
mencoba untuk tabah, berharap ada pahlawan yang dapat mengisi hari-harinya lagi
seperti dahulu. Tak lama kemudian tiba-tiba Vbrie muncul dan menghampirinya.
“aku bersedia
jika kamu membutuhkan bahuku untuk menangis, aku bersedia jika kamu membutuhkan
teman bermain, aku bersedia membantumu untuk melupakan masa kelammu yang usai,
aku pun bersedia menjadi penggantinya untukmu.” (mencoba menjelaskan dengan
memegang tangan Sophie).
“aku
masih belum bisa melupakannya.” (tangan Sophie meraih tubuh Vbrie dan
melekatkannya dengan erat)
“aku
yakin kamu pasti bisa Sophie.” (ucap briant dengan membelai rambut lurus
Sophie).
Saat ini
makam Briant menjadi saksi atas ikatan mereka, apapun yang menurut mereka itu
suatu momen terindah dalam hidup mereka. Sophie dan Vbrie selalu melakukannya
di makam Briant. Sebagai tanda kasih sayang mereka yang tak kan pernah mati.
Sophie
dan Vbrie kini hidup bahagia, mereka tinggal di California. Demi melanjutkan
kuliah sang istri, Vbrie merelakan pekerjaannya di Medan.
1 hal
yang dapat Sophie ambil dari semua kejadian ini adalah, pahlawan tak
membutuhkan imbalan apapun. Pahlawan selalu mencoba memecahkan segala masalah
yang ada pada diri kita. Hargai seseorang yang mencoba untuk menjadi
pahlawanmu, karena tak semua orang dapat menjadi pahlawan.
_SEKIAN_